sifa fauziah

source: genius.com

Film A Walk To Remember sendiri menceritakan seorang pria nakal bernama Landon Carter (Shane West), yang harus menerima hukuman untuk jadi seorang pengajar di sekolah anak-anak. Di sana dia bertemu Jamie, perempuan lugu penggila galaksi, segala hal tentang bintang, luar angkasa, yang kebetulan satu sekolah dengannya. Kejadian demi kejadian, buat mereka jatuh cinta.

Kalau kalian nonton filmnya, pasti setuju bahwa Jamie punya pengaruh besar membuat Landon menjadi orang yang lebih baik. Digambarkan Jamie adalah anak seorang pastor, keluarga mereka punya prinsip-prinsip yang lumayan memengaruhi hubungan Jamie dan Landon awalnya. Bahkan saat Landon beranikan diri izin ke ayah Jamie untuk ajak Jamie pergi malam hari jadi sesuatu yang menggemaskan!

Astaga, hanya dengan ngomongin filmnya, saat ini aku jadi pengin nonton! Apa aku nonton dulu baru lanjut nulis lagi, ya? Hahahahaha.

Sebenarnya cerita ini banyak lika-liku. Selain akhir ceritanya, bagian yang buatku sedih adalah saat Landon depresi ketika dia tahu selama ini Jamie mengidap penyakit leukemia, segala cara dia coba, sampai akhirnya dia rela ke rumah ayahnya, yang mana hubungan mereka sebenarnya sedang gak baik, benar-benar memohon kepada ayahnya yang seorang dokter untuk bantu sembuhin Jamie. Banyak hal yang Landon lakuin untuk Jamie, begitupun sebaliknya, yang gak mungkin aku sebutin satu persatu.

Digambarkan Jamie punya 'daftar keinginan', hal yang pengin dia lakuin selagi menjalani hidupnya, sebab ia tahu umurnya gak panjang, seperti berteman dengan orang yang dia gak suka, punya sebuah tato, menikah di tempat ayah-ibunya menikah dulu, dan berada di dua tempat dalam waktu bersamaan! Meskipun semua itu mereka lakuin, tapi kesukaanku adalah ketika Landon ajak Jamie untuk berdiri di suatu jalan, menempatkan kaki di sisi yang berbeda, yang mana itu adalah perbatasan antara kota satu dan kota lainnya, yep, berada di dua tempat dalam waktu bersamaan!

Ibarat aku, nih, diajak untuk berdiri di perbatasan antara Jakarta Timur dan Bekasi. Hahahahahaha.

Oke, cukup! Karena tujuanku menulis ini adalah untuk bahas lagu Cry, penjelasan diatas aku harap bisa jadi gambaran sedikit sebelum kita mulai bahas lagunya. Ah, ya, perlu aku tekankan bahwa kalian harus nonton music video-nya juga, sebab itu menggambarkan kelanjutan dari kisah mereka.

I'll always remember
It was late afternoon
It lasted forever
And ended so soon
You were all by yourself
Staring up at a dark gray sky
I was changed

Di akhir film, setelah kepergian Jamie yang baginya begitu cepat, Landon berdiri sendiri di tepian danau, menatap langit sore dibalut desiran angin, merindukan Jamie yang kini berada di surga bersama bintang-bintang yang begitu dia kagumi. Landon menatap langit, saat itu ia berkata, "Jamie saved my life. She taught me everything. About life, hope and the long journey ahead. I'll always miss her. But our love is like the wind. I can't see it, but I can feel it."

In places no one will find
All you feelings so deep inside
It was there that i realized
That forever was in you eyes
The moment I saw you cry

Dilihat dari music video-nya, sekalipun mereka gak lagi hidup bersama, kini Jamie menatap Landon dari surga. "In places no one will find" yang menurutku berarti adalah surga. Di sana, Jamie merasakan perasaan Landon yang begitu dalam, dia sadar Landon begitu mencintainya, hingga pada momen Landon menangis karena merindukannya, dia tahu itu, 'cause she still looks over him from heaven.

It was late in September
And I've seen you before (and you were)
You were always the cold one
But I was never that sure

Aku agak kurang paham bagian ini, but at the end of the movie he said they had a great summer and then she passed. Jadi aku pun berasumsi di salah satu scene di music video-nya, ketika Landon menonton kembali video kebersamaan mereka, aku rasa itu adalah yang ia maksud sebagai "great summer", kenangan terakhir mereka di akhir bulan September (akhir musim panas) sebelum Jamie meninggal―I've seen you before (and you were).

I wanted to hold you
I wanted to make it go away
I wanted to know you
I wanted to make your everything
All right

Sama halnya dengan Landon, Jamie pun masih sangat mencintai Landon. Lewat lagu ini, Jamie seakan tengah bernyanyi untuk Landon dari surga, dia ingin memeluknya, ingin menghilangkan rasa sedih Landon, ia ingin membuat Landon merasa baik-baik saja.

Romantis, bukan?

Aku suka dengan music video-nya, sebab punya relasi yang kuat dengan filmnya, juga benar-benar sebagai gambaran atas kelanjutan kisah mereka. Bisa kita lihat, sekalipun Landon menghabiskan waktu dengan teman-temannya, di sudut hatinya, ia merasa kesepian, ia merindukan Jamie, ia masih mencintai Jamie sama seperti ketika Jamie masih hidup, barangkali rasa cintanya justru lebih besar, apalagi ketika Landon seolah tengah menatap Jamie di angkasa lewat teleskop, teleskop yang ia buat untuk Jamie ketika Jamie tengah sakit, salah satu keinginan Jamie untuk punya teleskop yang besar.

Menariknya, ada scene ketika Landon keluar dari sebuah pertunjukan film berjudul A Walk To Remember, dengan Landon dan Jamie sebagai model pada posternya, ada yang mengatakan bahwa Landon memutuskan membagikan kisah cintanya untuk dijadikan sebuah film dengan satu syarat, Jamie dan dirinya sebagai model di poster tersebut, dengan itu ia selalu bisa mengingat kisahnya bersama Jamie. Aku rasa itu masuk akal. Itulah yang kita ketahui sekarang sebagai film "A Walk To Remember"

Berikut adalah percakapan yang kusuka di akhir film setelah Jamie meninggal, ketika Landon mengunjungi ayah Jamie;

I'm sorry she never got her miracle.

She did get her miracle, Landon. Her miracle was you.

Aku bingung harus memulai tulisan ini dengan sapaan halo, hai, atau apa. Hahaha. Ibarat beauty vlogger, selalu punya sapaan khasnya. Terlebih aku akan melakukan ini setiap bulan. Menurut kamu gimana?

Gak penting, lah, ya. Yuk, langsung aja!

1. This Wild Life - Better With You

Source: http://thiswildlifeband.com

Sebenarnya aku suka semua track di album Clouded. Tapi berhubung lagu inilah yang pertama kali kudengar dari TWL, dan menggugah hasratku untuk punya lagu-lagu mereka lebih banyak lagi, jadi aku akan rekomendasi ini.

Menurutku, lagu itu bisa datang dari mana saja, sekalipun di tempat dan waktu yang gak terduga. Seperti itulah aku mengenal TWL, sebuah band akustik rock asal California dengan formasi Kevin Jordan pada vokal dan gitar, juga Anthony Del Grosso pada gitar.
Hari itu, aku diperkenalkan dengan teman-temannya pacar (baca: kini mantan) aku, kemudian ada salah satu temannya yang putar lagu lewat speaker kecil, aku langsung suka. Merasa gak perlu nanya, aku diam sejenak, aku pasang kuping dan tangkap lirik-lirik yang dinyanyiin―hal yang biasa aku lakukan kalau dengar lagu bagus di tempat umum―kemudian aku jadiin keywords di Google, ketemulah lagu ini. Barangkali mereka gak tahu apa yang diam-diam aku lakuin saat itu, kecuali mantanku yang saat itu langsung aku tanyakan, dan mengiyakan pertanyaanku. Ah, kalau dipikir-pikir sekarang, kenapa saat itu aku gak langsung aja tanya padanya, ya?

Menurutku track yang ada pada album ini cenderung easy listening! Lagu ini menggambarkan seseorang yang merasa lebih baik ketika bersama orang yang dia cintai, pun kamu jadi merindukan hari-hari kebersamaan kalian. Kamu pun akhirnya sadar nih, gak ada yang bisa mencintai kamu seperti dia, juga gak ada yang bisa mencintai dia seperti kamu.
Saat tur album ini, Jakarta menjadi salah satu kota yang didatangi This Wild Life, lho. Sayang sekali saat itu aku belum mengenal mereka. Padahal aku benar-benar menyukai album ini.

2. AuraCoustic - Filosofi Kenangan /Indiewave

AuraCoustic
(Ilustrasi)

Kebetulan beberapa hari ini aku baru men-subscribe kanal Youtube Indiewave dan ketemu lagu ini. Aku merasa lagu-lagu yang diunggah berbeda dengan Indielokal. Barangkali karena nama-nama musisi yang dipublikasikan baru bagiku, juga judul-judulnya yang, ah, sulit kujelaskan.

Sejujurnya aku gak tahu band ini berasal dari mana. Tapi berdasarkan informasi yang kudapat dari seseorang yang telah komentar di bawah (tulisan ini telah kuedit), anggota band ini merupakan mahasiswa asal timur yang menempuh pendidikan di Yogyakarta, sebab itu musik video tersebut diambil di Malioboro, Yogyakarta. Ditambah, mereka juga tergabung dalam 1 organisasi broadcasting di kampus mereka yang bernama kineclub317.

Lagu ini menenangkan sekali. Melalui lagu ini aku sepertinya mengerti alasan mereka menamakan band mereka AuraCoustic. Hihi sok tau banget. Tapi untuk kalian pecandu-pecandu kopi, morning vibes, penikmat kenangan, lagu ini cocok banget! Akan bikin kalian mensyukuri hidup, dan mulai tergugah untuk menjadi lebih baik.

3. Senar Senja - Untukmu Yang Baru Saja Diwisuda

Source: https://www.musixmatch.com

Untuk kalian yang baru saja diwisuda, coba dengar lagu ini. Satu hal, gak perlu ikut nyanyi! Hanya perlu diam, dengar, resapi lirik, juga musiknya. Kalau perlu dengan mata terpejam. Hehe.

Dari lagu ini, kalian harus bersyukur, hargai diri kalian sendiri atas apa yang sudah kalian perjuangkan selama ini, hingga sampai pada titik bahagia di mana kalian bisa membanggakan orang tua, lebih dekat lagi untuk menggapai masa depan, impian kalian. Agak sedih sebenarnya, dengan musik yang sederhana nan indah, lagu ini seperti membawa kalian pada suasana yang gak karuan. Senang karena "akhirnya lulus!" tapi satu sisi kalian sadar, setelahnya kalian dihadapkan dengan kehidupan yang lebih serius, sulit, dan penuh tanggung jawab. Gak lagi seperti masa-masa sekolah, masa-masa kuliah. Kalian sudah melewati tahap itu, dan kini semua itu hanya menjadi kenangan, yang barangkali akan sangat kalian rindukan saat tua nanti, duduk menatap langit sore, merindukan hal-hal yang telah jauh di belakang.

4. Breanne Duren - Catapult

Source: https://genius.com

Ini menjadi satu-satunya lagu yang aku rekomendasi dari Breanne. Meski ada beberapa yang kusuka, tapi aku punya prinsip yang mungkin terdengar gak masuk akal. Hehe. Kalau ditanya bagaimana tahu Breanne Duren? itu jawaban yang mudah dan akan selalu kuingat. Kakakku, yang melabelkan dirinya sebagai hoot owl, datang ke konser Owl City di Jakarta 2011 lalu. Saat itu, salah satunya Adam membawa Breanne Duren, penyanyi asal Minneapolis. Pulang dari konser, kakakku jadi dengar lagu-lagu Breanne, perempuan bersuara malaikat yang begitu cantik, ikut jatuh hatilah aku dengan salah satu lagunya.
Saat itu, aku tengah jatuh cinta dengan seseorang. Cie. Hahaha. Tepat SMP kelas 2, dan lagu Breanne yang 'itu' ibarat jadi soundtrack cintaku. Menggambarkan perasaan bahagia sebagaimana orang jatuh cinta. Semenjak itu, aku punya prinsip, hanya ingin menikmati lagu itu sendiri, lagu itu hanya menjadi milikku, menjadi kenanganku yang saat itu.. jatuh cinta dengan dia. Aku gak berniat beri tahu ke orang-orang, sekalipun kami sudah nyaman jalani hidup masing-masing. Sebenarnya agak geli ya menyebutkan kata 'cinta' berkali-kali, tapi begitu,lah, hehe. Memiliki cerita yang sama juga berasal dari album yang sama, Sparks, lagu Catapult ini sempurna!

5. Matt Nathanson - Come On Get Higher

Source: https://www.propermusic.com

Terakhir adalah lagu dari Matt Nathanson, penyanyi sekaligus penulis lagu asal Amerika. Untuk kalian yang andai belum tahu Jango, Jango merupakan situs semacam Last.fm. Ya, kurasa. Aku punya kedua akunnya, tapi aku bermain Jango jauh sebelum Last.fm, karena memang aku main Jango sudah sangat lama, sebelum akhirnya menemukan Last.fm dan melupakan Jango sejenak. Di keduanya aku bisa menemukan lagu yang serupa. Jadi masih pada selera yang gak jauh beda. Dan kiranya setahun yang lalu, aku iseng main Jango lagi, dan aku menemukan lagu Matt. Aku langsung jatuh cinta bahkan beberapa saat setelah lagunya keputar. Aku juga suka dengan lirik lagu ini, "I miss the sound of your voice."

A Face to Call Home merupakan lagu yang terdapat di album John Mayer bertajuk Born & Raised, rilis pada tahun 2012. Ya, begitulah, lagi-lagi aku bahas John Mayer. Aku merasa gak ada alasan untuk gak suka dia. Tiap aku dengar lagunya, aku jatuh cinta. Ketika aku coba memahami makna lagunya, akupun jatuh cinta lagi. Dia itu berbakat, ganteng dan jenius! Satu hal, dia jago main gitar. Bukankah itu adalah nilai plus? Haha, setidaknya bagi aku iya.

Kalau lihat dia live, aku mikir, cinta dia dengan gitar barangkali melebihi cintanya pada perempuan. Hahaha apalagi kalau dia menghayati banget. Maka malam ini, dengan sedikit bantuan, aku akan coba memberi gambaran sedikit mengenai makna lagu A Face to Call Home milik John Mayer.

source: http://davidadriansmith.com

I am an architect
Of days that haven't happened yet
I can't believe a month is all it's been
You know my paper heart
The one I fill with pencil marks
I think I might have gone and inked you in

Di awal lagu, Mayer memberi penyataan bahwa dia adalah orang yang membangun masa depannya, he's the architect, the creator, of his life. Karena sesungguhnya kita semua adalah arsitek dari hidup kita sendiri. Secara gak sadar, kita tengah membangun masa depan, memilih apa yang kita ingin ataupun tidak untuk hidup kita. Pada bagian ini pula, Mayer menggambarkan hatinya layaknya secarik kertas―you know my paper heart, yang ia bubuhi dengan pensil―the one I fill with pencil marks.

Ibarat kamu sedang menggambar, supaya gak salah dan berujung fatal, tentunya kamu lebih dulu gunain pensil, nantinya kamu baru gunain tinta. Bukankah dengan pensil, apapun bisa dihapus? Bersifat sementara. That's the point! Dalam artian selama ini Mayer belum pernah menemukan seseorang yang dirasa tepat untuk mendampingi hidupnya, untuk itu dia belum berani bubuhi hatinya (kertas tersebut) dengan tinta. Nah, kini dia merasa yakin dengan wanita yang bersamanya, untuk itu dia berniat serius dengan akhirnya membiarkan kertas tersebut dibubuhi dengan tinta yang mana maksudnya adalah wanita tersebut―I think I might have gone and "ink"ed you in.
Perumpamaan yang menarik, bukan? Astaga, dia jenius sekali. Haha.

Little by little, inch by inch
We built a yard
With a garden in the middle of it
It ain't much, but it's a start
You got me swaying right along
To the song in you heart
And a face to call home
A face to call home
You got a face to call home

Ini adalah bagian kesukaanku. Mayer menunjukkan keseriusan kepada wanitanya, dia ingin membangun masa depan mereka, dari awal, sedikit demi sedikit, bersama-sama menjalani kehidupan yang baru, menjadi 'arsitek' untuk masa depannya.

We built a yard with a garden in the middle of it―membayangkan masa depan mereka yang menyenangkan, membangun rumah dengan pekarangan yang ditumbuhi dedaunan, juga bunga-bunga yang cantik.

Ketika dia bilang―you got a face to call home―berarti hanya dengan melihat wanitanya, ia melihat masa depan. Wajah yang selalu dia rindukan, wajah yang membuatnya jatuh cinta, wajah yang dia yakini akan selalu dia temui di tiap pagi dan malamnya. Karena ia merasa, wanita itu membuatnya nyaman, bersamanya membuat ia merasa aman.

It's so good you didn't see
The nervous wreck I used to be
I never thought a man could feel so small
You never look at me like I'm a liability
I bet you'd think I've never been at all

Dia adalah orang yang merasa kurang percaya diri sebelum bertemu dengan wanita itu―I never thought a man could feel so small. Beruntung, karena meskipun wanita yang dia cintai tahu kesalahan dari masa lalunya, dia mengerti. Setidaknya manusia pasti pernah berbuat salah, bukan? Dan wanita itu membuatnya menjadi orang yang lebih baik, merasa nyaman dengan dirinya sendiri karena ia merasa dihargai.

Maybe I can stay awhile
Maybe I can stay awhile
Maybe I can stay awhile
I'm talking like all of the time
Maybe I can stay awhile

Semua itu membuatnya gak pengin beranjak, dia selalu ingin bersama wanita yang dia cintai, berada di sisinya, merasakan kehadirannya, juga menikmati hari bersama.

Lirik yang manis, bukan?

Aku pernah menemukan cerita bagus, memakai A Face to Call Home sebagai latar ceritanya. Yuk, bisa baca di sini!

Subscribe to: Posts ( Atom )

Makna Lagu: Mandy Moore - Cry