sifa fauziah

Hai, Sifa. Saya gak tahu apa yang sedang kamu lakukan hari ini, 8 tahun lalu. Kalau boleh saya tebak, mungkin kamu masih menunggu bel pulang sekolah atau mungkin kamu tengah mampir untuk makan di KFC dekat sekolah bersama teman-temanmu sepulangnya. Lucu sekali karena berbeda denganmu, saya kini justru ingin cepat-cepat pulang dan istirahat seusai ngampus. Tapi jika kamu bertanya-tanya apa yang kamu lakukan hari ini pada 8 tahun mendatang, dengan bangga akan saya bilang bahwa kamu sekarang sedang mendengar lagu-lagu The Script. Kamu masih mendengar lagu The Script! Kita berdua harus bangga akan hal itu.

Bagaimana rasanya menjadi bocah 13 tahun yang belum bebas untuk melakukan banyak hal? Saya tahu betul bagaimana perasaanmu saat itu, saat kamu gak bisa nonton konser pertama mereka di Indonesia hanya karena umurmu 13 tahun. Ah, kamu kini payah sekali, belum menulis apa-apa sudah menangis. Hahaha. Guinness sialan, ya? Bisa-bisanya mereka membuat kita menangis karena gak bisa nonton The Script. Padahal saya tahu betul kamu dulu selalu mendengar lagu-lagu mereka setiap hari, kamu mengagung-agungkan mereka, dan yang paling saya ingat, tentang bagaimana dulu kamu selalu menerima orang hanya karena mereka juga menyukai The Script, mengingat dulu jarang sekali kamu mengenal orang yang menyukai The Script seperti dirimu.

Dengan waktu 8 tahun, kamu kini mulai tumbuh dewasa, kamu banyak melihat hal dari sudut yang berbeda. Kepribadianmu masih sama, saya rasa. Sedikit rahasia dari masa depan, dalam waktu dekat kamu akan mencintai seseorang dengan amat sangatnya sekaligus memilih untuk mengakhirinya, biarlah alasannya menjadi rahasia. Kemudian kamu akan jatuh cinta dengan seseorang yang teramat baik, dan kamu akan mengakhirinya. Kemudian kamu akan jatuh cinta pada seseorang yang gak kamu sangka, seseorang yang benar-benar gak kamu pedulikan sebelumnya, dan lagi, kamu mengakhirinya. Kamu akan punya seorang "penguntit" sebab ia bisa banyak tahu tentang dirimu, juga kamu akan bersamanya. Untuk yang terakhir, saya beri tahu saja padamu bahwa kadang kamu pengin waktu kembali untuk bisa lebih menghargai perasaannya selagi bersama, karena sialnya, kamu juga akan mengakhirinya. Kenapa kamu suka sekali mengakhiri hubungan?

Selain itu, kamu juga akan menemukan dirimu menangis tengah malam sebab lagi-lagi, kamu terjebak pada penyesalanmu dan membayangkan jika saja kamu bisa menonton konser pertama The Script. Kamu juga akan menemukan dirimu menangis seharian karena merindukan A Rocket to The Moon, dan menyesali keputusanmu karena memilih untuk gak nonton konser perpisahannya, saat itu kamu SMA. Jadi, tolong ubah keputusanmu saat itu, buatlah supaya hari di mana saya menangis seharian karena merindukan ARTTM gak pernah terjadi. Ah Sifa, kamu banyak melakukan hal yang membuat dirimu kini menyesal dan menangis karenanya, tapi disamping itu, kamu harus tahu, kamu juga banyak membuat keputusan yang saya pikir memang lebih baik.

Omong-omong, saya menemukan tweet-mu 8 tahun lalu, kamu mempertanyakan hal ini:

aaaahhh emg the script konsernya harus diatas umur 21 yaa? yang tau pasti RT donnggg-____-

— sifa fauziah (@sifaazh) October 31, 2011

Saya menulis ini karena saat ini umur saya 21 tahun. Saya tahu dulu kamu berharap paling gak usiamu 21 karena peraturan dari Guinness yang hanya memperbolehkan usia penonton The Script 21+. Kini kamu 21, Sifa! Kamu sudah menginjak usia yang kamu idam-idamkan. Ini gila, kan? Benar-benar gila. Paling gak kamu harus tahu kamu masih hidup sampai umur segitu. Meski begitu, kamu juga harus tahu ada hal lain yang membuatmu bahagia di umur 21. Bisa saya pastikan pada umur yang kamu idam-idamkan ini, kamu akan membuat keputusan paling tepat, atau bisa saya pastikan penantianmu 8 tahun untuk bisa mencapai usia ini gak akan sia-sia. Kamu akan nonton konser John Mayer pada bulan April, tepat 13 hari setelah hari ulang tahunmu. Saya tahu, ini hadiah terbaik, bukan?

Oh, saya rasa kamu gak berpikir demikian, sebab kamu gak tahu dirimu di masa depan akan mengidolakan John Mayer. Benar, pemilik lagu Half of My Heart, lagu yang pernah kamu bayangkan jika saja kamu bisa menyanyikan lagu itu saat English Day sekolah bersama "temanmu" itu. Siapa sangka kamu akan menggilainya?

@miiabiebz13 dengerin deh lagu nya john mayer ..half of my heart

feat sama taylor wift tau .

— sifa fauziah (@sifaazh) January 8, 2011

Melalui tulisan ini, saya ingin minta maaf padamu, saya tahu kamu akan kecewa. Kamu gak lagi "menggilai" The Script. Kamu berhenti mendengar mereka sampai album No Sound Without Silence. Pada album itu, kamu akan lihat Danny yang berdiri di sebuah kawat pada lagu Man On A Wire, kemudian kamu akan jengkel sebab pada lagu No Good In Goodbye, kamu akan melihat Danny mencium seorang wanita. Lebih jengkel lagi karena kamu akan muak sebab sepertinya semua orang jadi menggilai dan hanya menggilai lagu Superheroes, padahal kita berdua tahu The Script punya begitu banyak lagu lain yang bagus.

Tapi bukannya kamu gak lagi mendengar mereka, maksud saya, kamu gak lagi tahu perkembangan musik mereka, dan sialnya, kamu gak ingin tahu. Saya benci mengakui ini, tapi saya ingin kamu tahu, barangkali saat ini, dengan usia yang terus bertambah, kamu mulai mengerti bahwa hidup gak melulu tentang percintaan, atau galau-galauan sebagaimana lirik-lirik dari The Script yang kamu sukai itu. Kamu akan belajar banyak, dan kamu akan mengerti kenapa saya menggilai John Mayer. Sial, membuat pengakuan ini nyatanya bikin dada saya sesak. Tapi saya kini masih mendengar lagu-lagu The Script, saya masih mengidolakan mereka, hanya saja gak seperti dirimu. Dan tepat sehari sebelum kamu nonton John Mayer, kamu akan nge-tweet gini:

dan hari ini, aku kembali merasakan seperti yang kurasakan 2 tahun lalu. aku mendengar lagu2 mereka, kini kecewa pd diriku sendiri, aku melupakan the script dan mengagungkan john mayer dg berlebih.
the script, di tahun 2056 sekalipun, tempat kalian di hatiku gaakan bisa diganti. pic.twitter.com/lMljvhn8OI
— sifa fauziah (@sifaazh) April 4, 2019

Hai, kembali lagi dengan saya yang kini tengah duduk depan laptop, dan gak sabar untuk membahas sedikit mengenai lagu-lagu yang saya rasa perlu untuk didengar! Hehe. Kadang saya bertanya-tanya pada diri saya sendiri, sampai bagian berapa kegiatan saya merekomendasi lagu-lagu ini "selesai", dengan alasanyang saya pun gak tahu. Baiklah, lupakan. Mari kita bahas lagu-lagu bagus ini!

1. Eerie Summer - means nothing to you /Bandcamp

Source: https://varioussmallflames.co.uk

Eerie Summer merupakan sebuah proyek musik oleh Victoria yang berasal dari St Petersburg kemudian gabung Maxim dari Helsinki, Finlandia. Saya terjebak pada dua pilihan: haruskah saya bahas lagu never good enough atau means nothing to you. Sebab kedua lagu itu yang paling saya suka dari album mereka bertajuk the way i don't understand anything anymore yang rilis pada Oktober 2015. Bila kamu suka lagu-lagu lo-fi indie pop, saya rasa kamu juga akan suka dengan yang ini. Terlebih lagu-lagu pada album ini seolah dibuat memang untuk menyuarakan hatimu yang tengah jatuh cinta. Tapi apakah perasaan itu terbalas?

2. Audrey Mika - Y U Gotta B Like That /Apeiron

Source: https://www.flaunt.com

Perempuan kelahiran tahun 2000 ini dikenal karena dirinya banyak meng-cover lagu-lagu di kanal Youtube pribadinya. Dirinya banyak menyanyikan lagu-lagu dari Billie Eilish, salah satunya Bury a Friend yang menjadi video cover dengan penonton terbanyak miliknya. Mini album pertamanya rilis pada tahun 2018, diikuti dengan debut albumnya di tahun yang sama. Lagu yang ditulisnya ini rilis pada 2 Juni 2019. Bagi kamu yang suka dengan musik RnB saya rasa akan cocok dengan lagu ini. Pada salah satu wawancaranya, diakui Audrey, lagu ini dibuatnya dalam 10 menit. Woah! Bukan maksud saya berlebihan, tapi lagu ini dibuat layaknya oleh musisi "besar". Saya gak heran bila dalam waktu dekat perempuan yang berasal dari California ini akan semakin dikenal banyak orang.

3. Will Killen - In My Arms /Apeiron

Source: https://twitter.com/musictostayup

Saya ingat betul dengar lagu ini sesaat Apeiron unggah di Youtube satu tahun lalu, tapi saya baru benar-benar mendengarkannya belakangan ini. Oh dan betapa indahnya lagu ini. In My Arms terdapat dalam debut EP miliknya bertajuk Write You Out yang rilis pada akhir tahun 2018. Mungkin gak ada kaitannya dengan lagu ini, tapi saat saya kembali mendengarnya juga mengamati liriknya, saya rasa lagu ini sangat cocok bila jadi soundtrack film Five Feet Apart, mungkin juga karena musiknya senada dengan Novo Amor yang lagu-lagunya memang menjadi soundtrack pada film tersebut.
Lagu dengan aliran folk ini seolah membuatmu merenung, memikirkan tentang hal-hal yang akan kamu lakukan jika saja kamu bisa mengulang hidupmu―If I could, I'd grab the wrists of time and run right back to the start. Even knowing how it ended, I'd do it all again, Dear, Just to hold you in my arms, one last time. Tapi kamupun tahu, sebesar apapun keinginanmu, sebanyak apapun kamu mencoba, adakalanya suatu hal memang bukan ditakdirkan untukmu―I guess something aren't meant to be. Darling, i know that now. But i'm hoping that i'm just fast asleep and when i wake up you'll be here, in my arms.

4. Yse Sauvage - Blue

Source: https://twitter.com

Yse Sauvage merupakan musisi asal Prancis. Saya menemukannya sesaat setelah saya menonton live Vacation milik Pastel Coast yang diunggah di kanal Youtube TV Prancis, La Bouclette. Saya tertarik untuk klik sebab thumbnail-nya. Yse tengah duduk seorang diri dengan gitar dipangkuannya. Setelah saya klik, wow, saya dengan mudahnya jatuh cinta dengan suaranya yang unik, pun aksennya saya suka. Saya bisa membayangkan kalau aja diri saya menontonnya secara langsung, alih-alih ikut bernyanyi, saya hanya akan diam, sepenuhnya menikmati suaranya.

5. MARO - Still Feel It All /daydreaming

Source: https://songwhip.com

Perempuan dengan nama asli Mariana Secca ini berasal dari Portugis. Dirinya bisa memainkan beberapa alat musik, lho. Selain itu dirinya juga memproduseri musiknya sendiri. Baiklah, mari buat pengakuan. Awal dengar lagunya, saya pikir MARO adalah laki-laki. Dikutip dari laman Caroga Arts, "MARO is known widely through her home country of Portugal for her incredibly unique voice and originals". Suaranya memang benar-benar unik.

Lagu ini saya kategorikan sebagai salah satu lagu galau tersialan yang pernah saya dengar. Hahaha. Still Feel It All terdapat pada albumnya bertajuk it's OK yang rilis pada November 2018. Mengisahkan tentang dirimu yang selama ini berpikir bahwa perasaanmu pada mantamu telah sepenuhnya hilang, dan sudah beranjak melupakannya. Namun, pada suatu momen kamu dipertemukan dengannya, kamu sadar nyatanya perasaan itu selalu ada―I tell myself I'm over you now then I see you and everything just goes to waste. It's been five years and I still feel it all. Oh, it's been five years, Why can't I let you go?

Alec Benjamin adalah seorang penyanyi sekaligus penulis lagu asal Arizona, kelahiran tahun 1994. Dirinya pernah berkolaborasi dengan Alessia Cara pada lagu Let Me Down Slowly, dan pernah mengajak Mayer pada salah satu show-nya. Dirinya menulis, "heroes do exist" (merujuk pada lagunya berjudul Death of a Hero yang malam itu dibantu dengan permainan gitar John Mayer).

last night was a dream come true

heroes do exist

thanks for playing with me in LA last night @JohnMayer

i love you ❤️ pic.twitter.com/RnKY5th6Fk
— Alec Benjamin (@AlecBenjamin) May 10, 2019

source: https://twitter.com/AlecBenjamin

I heard glass shatter on the wall
In the apartment above mine
At first, I thought that I was dreamin'
But then I heard the voice of a girl
And it sounded like she’d been cryin'
Now I'm too worried to be sleepin’

Pada awal lagu ini digambarkan Alec yang terbangun sebab malam itu dirinya mendengar suara gelas pecah. Suara itu berasal dari kamar yang berada tepat di atas kamarnya, diikuti dengan tangisan seorang perempuan. Hal itu tentu membuatnya khawatir dan terus terjaga. Ada apa dengan perempuan itu?

So I took the elevator to the second floor
Walked down the hall and then I knocked upon her door
She opened up, and I asked about the things I've been hearing

Kemudian dirinya mencoba mendatangi asal suara tersebut, dan mengatakan hal yang didengarnya kepada perempuan tersebut.

She said, "I think your ears are playing tricks on you"
Sweater zipped up to her chin
"Thanks for caring, sir, that's nice of you
But I have to go back in
Wish I could tell you about the noise
But I didn't hear a thing"
She said, "It must have been the wind, must have been the wind
Must have been the wind, it must have been the wind"

Perempuan itu berdalih dengan mengatakan bahwa itu hanyalah suara angin, dan barangkali Alec hanya salah mendengar. Saya rasa maksud dari lirik "sweater zipped up to her chin" menandakan ada yang salah dengan perempuan itu. Nampaknya terdapat luka yang berusaha ditutupinya dengan sweater. Alasan yang menyebabkan hal itu tidak digambarkan secara gamblang oleh Alec, kembali ke interpretasi masing-masing pendengarnya.

So I was layin' on the floor of my room
Cold concrete on my back
No, I just couldn't shake the feeling
I didn't want to intrude 'cause I knew
That I didn’t have all the facts
But I couldn’t bear the thought of leavin' her

Tidak bisa berbuat lebih, akhirnya Alec memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Namun, dirinya tetap merasa ada sesuatu yang salah―I just couldn't shake the feeling. Tapi dirinya sadar bahwa sejauh ini dia tidak memiliki bukti bahwa apa yang dipikirkannya adalah benar―I didn't have all the facts. Hanya saja, dirinya merasa tidak bisa meninggalkan perempuan itu.

Aim my boombox at the roof, I'm playing "Lean On Me"
Just so that she knows that she can lean on me
And when she hears the words, I hope she knows she’ll be okay

Dirinyapun mencari cara dan berpikir untuk mengarahkan sebuah boombox ke atap kamarnya dan memutar lagu Lean On Me, berharap perempuan itu dapat mendengarnya dan mengetahui bahwa Alec ada untuknya, dan meyakinkan dia akan baik-baik saja.

And when she hears the words, I know exactly what I'll say
"Promise I'm not playing tricks on you
You're always welcome to come in
You could stay here for an hour or two
If you ever need a friend"
"We can talk about the noise, when you're ready, but 'til then"
I'll say, "It must have been the wind, must have been the wind
Must have been the wind, it must have been the wind"

Jelas Alec ingin berbuat sesuatu untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Jika perempuan itu mendengarnya, Alec akan menemani selayaknya teman untuk bercerita, berbagi masalah yang dihadapinya, apapun itu―you could stay here for an hour or two, if you ever need a friend. Meski begitu, pun Alec paham menceritakan suatu masalah terlebih pada orang asing bukanlah hal mudah―we can talk about the noice, when you're ready, but 'til then―dan sampai saat itu terjadi, dirinya tidak akan memaksa dan akan mengikuti sebagaimana "dalih" perempuan tersebut, he'll say, "it must have been the wind".

Woah! Alec jelas seperti tengah bercerita melalui lagu ini. Saya benar-benar bisa merasakan setiap bagian dari lirik yang ditulisnya, membayangkannya, dan menyatakan bahwa lagu ini memang sangatlah personal dan ditulis dengan sangat baik. Pun mengingatkan saya seberat apapun masalah yang dihadapi, selalu ada orang yang peduli.

Keep up the good work, Alec!

UPDATED:
Baru-baru ini, Alec memublikasikan video musik Must Have Been The Wind. Nyatanya video tersebut menampilkan hal yang sebaliknya dan banyak orang-orang yang menyatakan serupa. Bagaimana menurutmu?

dan denger ulang lagunya, jadi punya pikiran yang beda. alec dan semua yang bikin ini terjadi, jenius. baru ini kyknya kena plot twist dari sebuah lagu. aslik. gw bakal tetep mikirin hal ini 5 hari ke depan.
— sifa fauziah (@sifaazh) 2 September 2019

Subscribe to: Posts ( Atom )

untuk diri saya 8 tahun lalu.

recherché! #17

1. Eerie Summer - means nothing to you /Bandcamp